Batara R. Hutagalung di Unwar Buku Sejarah Banyak Ditulis Bari Persepsi Penjajah
Selasa, 27 September 2016
SEJARAWAN Batara R. Hutagalung diundang khusus mernberi ceramah soal sejarah dalam studium general, Rabu (21/9) kemarin. Kehadiran Batara R. Hutagalung ini, menurut Rektor Unwar Prof. Dewa Putu Widjana, sangat penting untuk meluruskan sejarah dalam rangka membangkitkan rasa nasionalisme. Widjana mengatakan, jangan sekali-sekali meningga]kan sejarah. Buku-buku sejarah yang dibaca oleh siswa SD hingga mahasiswa, katanya, diduga banyak yang dibelokkan dan tidak benar. Makanya, dia menegaskan nilai kemanfaatan bagi civitas akademika Unwar, selalu mengedepankan kejujuran dalam bidang akademik. Mereka harus mengedepankan tulisan yang berlandaskan kejujuran, bukan berdasarkan kepentingan. Untuk itu, kejujuran menjadi hal penting dalam segala jenis penulisan naskah akademik di Unwar. Di acara yang dipandu Dr. Putu Suyatna Yasa tersebut, Batara H. Hutagalung memaparkan 'Arti Penting Sejarah Bangsa dan Semangat Nasionalisme dalam Politik Kontemporer". Dia mengatakan bahwa penulisan sejarah bangsa bukan dibelokkan, melainkan sangat salah. Makanya kita disebut adalah produk buku sejarah yang salah. "Bukan dibelokkan, tapi salah fatal," ujarnya. Penulis buku sejarah ini tampil di Unwar serangkaian Dies Natalis ke-32 Unwar. Dia menegaskan, penelitian peristiwa oleh penulis buku sejarah hanya berlandaskan satu sudut pandang saja, yakni dari sudut penjajah, sehingga tak ketemu hal-hal yang lain. Dia mengungkapkan, penulisan sejarah di buku-buku sekolah yang salah dan hingga kini masih memakai versi penjajah atau sudut pandang penjajah. Dia mencontohkan ditulis bahwa Belanda menjajah Indonesia selama 350 tahun. Belanda yang seluas Jabar ini, katanya, sangat tak mungkin marnpu menjajah RI selama 350 tahun. Ini sebenarnya tulisan yang memalukan, sebab yang ada di Indonesia hingga 350 tahun adalah sisa-sisa antek-antek Belanda yang mengharuskan mereka memecah belah Indonesia sebab mereka tak mungkin menjadi WNI. Awal penjajahan Belanda di Indonesia, katanya, dimulai 30 Mei 1619 ketika Gubernur Belanda menghancurkan Jayakarta dan namanya diubah menjadi Batavia. Ini dibuktikan rebutan pia di Banda antara Belanda dan Inggris. Belanda marah membantai warga Banda dan sebagian dijual ke Batavita sebagai budak. Makanya, dia mengatakan lucu sekarang Belanda diagung-agungkan sebagai panutan HAM.
Puputan Badung saja terjadi 1906, Klungkung adalah kerajaan terakhir dikuasai Belanda 1908. Artinya, Belanda menguasai beberapa daerah di Bali baru sekitar 30 tahlm. "Dari mana hitungannya Belanda menjajah Indonesia selama 350 tahun," ujarnya. katanya, pentingnya membuka referensi sejarah untuk nasionalisme. Di zaman penjajahan Belanda lebih dari 200 tahun diberlakukan TJU perbudakan. Pemerintah kolonial juga memegang monopoli perdagangan opium untuk menghancurkan mental pribumi. Saat itu prib'umi disamakan seperti anjing. Kedua, dia memaparkan tak ada kesamaan pandangan mengenai keabsahan Proklamasi Kemerdekaan RI 17 Agustus 1945. Banyak yang mengatakan 17 Agustus 1945 kita belum merdeka dan Belanda pun tak mengakui kemerdekaan itu. Para penjajah menyebut penduduk di Asia Tenggara adalah penduduk Melaynesia, bukan Indonesia.

Senin, 02 September 2024
PKKMB Fakultas Hukum Universitas Warmadewa 2024

Selasa, 08 Oktober 2024
Unwar Jadi Tuan Rumah Tiga Event Nasional: KJI, KBGI, dan LDBI

Senin, 02 September 2024
PKKMB FS Unwar 2024

Selasa, 11 Februari 2025